October 2015

Wednesday, October 28, 2015

Buswaynya Sudah Sampai Halte Mana Ya? Cek Lewat Aplikasi Ini


Hai para komuter, saya mau kasih info aplikasi keren nih. Apa ya namanya?

Hmm... Oke, readers sudah pernah dengar aplikasi Qlue sebelumnya? Ituloh, aplikasi yang lagi kekinian di daerah DKI Jakarta. Ahok lagi gencar-gencarnya menyosiasliasikan aplikasi ini.

Pernah sekali aku pergi dari Jakarta ke Surabaya saya download aplikasi ini, yang ada malah saya bingung bagaimana menggunakannya. Tujuannya bagus, hanya saja belum banyak aja dimanfaatkan warga Ibu kota. Sayangnya, pemerintahan Bekasi belum menerapkan aplikasi ini. Eh, hai pak Wali kota dan Bupati Bekasi, jadi kapan Qlue bisa diterapkan di Bekasi? :D

Kali ini saya bukan mengulas aplikasi Qluenya, melainkan aplikasi Qlue Transit. Apa itu aplikasi Qlue Transit? Ini aplikasi yang berguna sebagai panduan para komuter yang kegiatannya muter-muter Jakarta, khususnya naik Transjakarta. Bedanya sama Qlue apa? Beda pokoknya. Kayak kamu yang dulu dan kamu yang sekarang :')

Melalui aplikasi ini readers bisa mengetahui keberadaan bus Transjakarta, SPBU, stasiun kereta api, terminal, dan pelabuhan terdekat.

Saya suka dengan aplikasi ini karena bisa menampilkan real time posisi busway (Tranjakarta) lengkap dengan keterangan rute, nomor bus, dan kecepatan bus. Aplikasi ini mirip dengan aplikasi InfoKRL besutan dari KCJ, namun lebih lengkap karena ada feature mapsnya. Desain Qlue Transit ini juga menarik.


Sudah lama saya mencari aplikasi seperti ini. Soalnya setiap menunggu busway, enggak ada informasi keberadaan busway yang diberikan oleh petugas halte. Saya pernah menunggu busway tujuan Dukuh Atas di halte transit Pemuda BPKP selama waktu kurang lebih 15 menit. Enggak ada informasi di mana buswayku berada. Galau, resah, gelisah. Apalah-apalah. Beda dengan krl yang keberadaannya diinformasikan oleh petugas stasiun.


Readers bisa download aplikasi Qlue transit ini di Playstore dan Appstore dengan gratis. Sizenya sekitar 7mb, ini dinilai ringan untuk kuota dan memori ponsel. Kalau sudah download, nanti add username: asribeka yaa :D

Monday, October 26, 2015

[Review: Curug Parigi] Enggak Percaya Ada Niagara di Bekasi?


Halo readers, apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat dan berbahagia. Dalam postingan kali ini saya akan mereview hasil perjalanan saya ke Curug Parigi di daerah Bantar Gebang, Bekasi Selatan. Yuk ikuti ke absurdannya :’3

Curug Parigi Letaknya tidak jauh dari TPST Bantar Gebang, tepatnya di Kampung Parigi, Desa Cikiwul, Kecamatan Bantargebang, Bekasi. Curug ini berada di samping perumahan Vila Nusa Indah 5.  Curug parigi mirip seperti Niagara di Amerika Serikat. Bisa dibilang, ini versi Betanya dari Niagara. Uuuu… kebayang dong bagaimana indahnya.

25 Oktober- Sore itu saya dan pasangan mencoba untuk mencari tahu lokasi, curug yang lagi kekinian di Bekasi. Ternyata lokasi curug parigi ini tersebumnyi. Jadi akses kesana cukup membingungkan bagi orang awam, seperti kami. Lebih dari 5 kali kami harus mengecek Google Maps agar sampai ke Curug Parigi.

Kami memilih untuk mengikuti petunjuk arah yang diberikan google maps tapi hasilnya nihil. Kalau reader ikuti petunjuk arah yang ada di google maps, kalian akan diarahkan lewat perumahan Villa Nusa Indah 5. Saran saya, 

JANGAN LEWAT SANA!!! 

Reader mungkin akan melihat curug parigi tapi tidak akan bisa untuk meraihnya. Duh, kan sakit ya, cuma dilihat dong tanpa bisa meraih *oke skip*. 

Tidak puas hanya melihat dari pagar besi, kami memilih untuk memutar arah dan kembali ke jalan yang benar.

Akses paling gampang untuk ke Curug Parigi via Jl. Raya Narogong. Jaraknya hanya sekitar 10 menit dari Pasar Bantar Gebang. 

Gang menuju curugnya itu samar banget, Kalau tidak jeli melihat pasti akan kelewatan *pengalaman*. Sebenarnya dipintu masuk gang ada spanduk yang bertuliskan “Selamat datang di Curug Parigi” tapi sizenya itu engga sebesar baliho jadi engga kasat kelihatan.
Ini penampakan gangnya.

Ini patokan gangnya.
Patokan yang aman, gangnya itu ada di samping PT. HAKAPOLE. Kalau dari arah Bekasi adanya di sebelah kanan, kalau dari Bogor adanya sebelah kiri. 

Kalau sudah masuk gang, reader hanya tiggal lurus hingga melihat ada kios pedagang di sisi kanan tanah lapang. Sepertinya, di tanah ini nantinya akan dibangun pabrik atau cluster perumahan, hmm entahlah.

Yaps, 17.58 WIB kami sampai di lokasi. Sampai sana, kami disambit disambut oleh salah seorang pedagang. Katanya kami kesorean datangnya. Iya, kami nyasar pak huhuhuuu...

Lokasi ini bisa diakses segala  jenis kendaraan. Ada parkiran sepeda juga loh di sana. Untuk mencapai curugnya, kita harus turun tangga setinggi 10 meter dengan kemiringan sekitar 45 derajat  celcius . Saran saya jangan pakai sepatu yang bawahnya licin. Bahaya!

 “Oh ini curug parigi” Pemandangnnya waterfall mini menyegarkan mata. Kondisi airnya, ya begitu, namanya juga kali tengah kota. Tau sendiri bagaimana kebiasaan orang kota yang mengenyam pendidikan, banyak yang buang sampah di kali. Sisa limbah pabrik juga teraliri ke sungai ini. Mirisnya, kondisi ini sudah berlangsung puluhan tahun.


Ekspetasi



Realita

Sayangnya, waktu berkunjung yang sedang tidak pas. Musim kemarau banyak mengeringkan sungai-sungai di Bekasi, salah satunya sungai cikeas ini. Fasilitas penerangan juga masih belum ada, jadi waktu berkunjung terbatas hanya sampai matahari tenggelam. Tak banyak foto yang bisa diabadikan juga karena kurangnya penerangan :(



Betapa indahnya pantulan cahaya bulan di aliran air. Meskipun belum puas menikmatinya, kami sudah harus pulang karena hari semakin gelap. 

Harga tiket masuknya berapa? Sampai artikel ini di publis, masih gratis kak!! Mungkin karena pemerintah juga belum serius menjadikan ini tempat wisata, jadi belum ada biaya tiket untuk pengelolaan. Mumpung gratis, hayu atuh mampir!! Saya sendiri masih akan kembali kesana.

Saya pikir jika pemerintah serius mengelola curug parigi, ini bisa menjadi daya Tarik sendiri untuk Bekasi. Daerah bantargebang tidak hanya akan terkenal dengan sampahnya, tetapi juga pemandangan air jatuhnya di Curug Parigi. #EksploreBekasi!







Sunday, October 18, 2015

Kamu Tipe Penumpang KRL Seperti Apa? Lihat Di sini


     Setiap orang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda-beda. Berikut beberapa tipe penumpang krl yang berhasil saya rangkum:
  • Readers


Daripada bengong, mending melakukan hal yang bermanfaat, misalnya membaca koran, buku, atau materi kuliah. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh mahasiswa yang lagi ujian. Sebelum sampe kampus, memanfaatkan waktu perjalanan itu hal yang baik.
  • .      Musicers


Ya sebut saja begitu, banyak orang yang memilih memasang headset untuk mendengarkan music kaporit favorit. Hal ini lebih baik daripada mendengarkan obrolan orang yang engga ada hubungannya sama kita.
  • Gamers


Engga cuma remaja, para kalangan dewasa pun turut ikut masuk dalam tipe ini. Kalo dari hasil analisis saya, biasanya para kaum perempuan kalau engga main Candy Crush, ya Hayday, atau permainan sejenisnya. Kalau kaum laki-laki biasanya ya gak jauh dari COC (Clans of Clash).
  • Medsos user



Medsos addict engga bisa deh yang namanya engga buka akun. Entah untuk update status atau sekadar membaca informasi dari akun gebetan berita.
  • .      Gosipers


Gosip biasanya identic dengan kaum perempuan. Eit, jangan salah. Para lelaki di krl juga suka loh gossip. Pasti kamu berpikiran saya nguping pembicaraan mereka. Engga lah. Wong para gosipers kok yang ceritanya pada kenceng-kenceng.
  • .      Masker user
Masker user di sini bukannya maskeran kayak gini yah



Tapi masker yang di maksud yang kayak gini:

Banyak penumoang pakai masker di krl alasan utama untuk melindungi dari debu atau virus, alasan lain bisa untuk menutupi mulut ketika tidur agar tetap aman dan nyaman. Yaa.. you know lah. Atau bisa juga mereka sedang tergabung dalam gerakan #MelawanAsap. 
  • .      Sleep liers alias Pura-pura tidur


Orang tipe ini pura-pura memejamkan mata biar dikira tidur beneran. Alasannya klasiknya karena mereka engga mau memberikan tempat duduknya kepada orang lain.
  • .      The real sleepers alias Tidur beneran
Nah, hal ini kebalikan dari yang sebelumnya. Ada beberapa alasan tidur di krl. Pertama, lelah karena aktivitas yang padat. Kedua, karena tempat yang nyaman dan ruangan berAC. Terakhir, karena engga ada hal lain yang dilakukan. Hati-hati kalau kamu tipe penumpang seperti ini, bisa-bisa kamu kebablasan.
  • .      Lesehers


Ya, sebut saja begitu. Biasanya dilakoni para penumpang yang kelelahan karena tidak dapat tempat duduk. Nanti ketika petugas walka datang mereka disruh berdiri, eh pas walka udah pergi mereka duduk lagi. Memang lesehers sejatih…!!
  •   .   Sambungers


Wah, ini mah saya banget. Berdiri di sambungan kereta emang engga ada duanya gan. Kenyamanan berdiri kamu bisa bertambah karena goyangan keretanya. Kalau berdiri di sambungan juga dijamin engga bakal kegerahan. Anginnya itu loh, mantap lag pokoknya. Tapi di sini juga tempat paling berbahaya, jadi kamu harus waspada ya..
  •    Romantic Couple


Di dalam kereta pun harus tetap romantis. Banyak pasangan sekasih sejiwa yang mencoba menunjukkan keromantisan mereka di muka umum. Alhasil, malah kebanyakan yang terlihat lebay bagi para jombs.
  • Forever alone


Merasa sepi di tengah keramaian, kalau kamu naik krl sendirian alias engga sama siapa-siapa. Engga ada temen bersandar ngobrol apalagi untuk bercanda. Hampa gitu. Engga banyak yang bisa dilakuin. Parahnya lagi kalau baterai hape lagi abis. Duh, sedih deh kalo diceritain mah.



Itu tadi beberapa tipe penumpang krl Jabodetabekser. Jadi, kamu tipe yang mana saja?


Dari berbagai sumber

Friday, October 16, 2015

Orang-orang Tersenyum Lewat Emoji


Dalam hal berkirim pesan, emoji atau emoticon sering disisipkan agar pesan terlihat lebih ekspresif. Dari ratusan emoji ada, tahukah Anda emoji apa yang paling sering digunakan di seluruh dunia?

Emoji  pertama kali dikembangkan tahun 1999 oleh Shigetaka Kurita.  Kata emoji sendiri juga berasal dari jepang, yakni (e=gambar) (mo=tulisan) (ji=karakter. Awal pengembangan emoji karena Kurita ingin membuat simbol yang bisa menggambarkan perasaan seseorang agar orang lain tidak mudah salah paham.

Emoji kini tidak hanya digunakan di Jepang, melainkan telah tersebar ke seluruh dunia melalui perangkat mereka.

Pengembang aplikasi keyboard android dan IOS, SwiftKey menganalisis lebih dari satu miliar data emoji untuk mempelajari bagaimana pengguna dari berbagai wilayah menggunakan emoji setiap harinya.

Hasil yang didapat, ternyata emoji wajah tersenyum menjadi emoji yang paling sering digunakan setiap harinya di dunia dengan persentase 44,8%.  Emoji wajah bahagia ini, seperti berkedip, mencium, tersenyum, dan menyengir.

Emoji sedih menduduki posisi kedua dengan penggunaan sebesar 14,33%  dan disusul emoji hati sebanyak 12,5%.

Analisis ini menunjukan bahwa lebih banyak orang yang tersenyum daripada bersedih meskipun hanya secara virtual.


Lalu, emoji apa yang sering Anda gunakan sehari-hari?


Perbedaan LRT, KRL dan MRT


Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu transportasi publik yang tengah disiapkan pemerintah. Transportasi ini diharapkan nantinya bisa menjadi pilihan transportasi umum bagi masyarakat. Meski keberadaannya sering disamakan dengan KRL atau MRT, faktanya tidak semua selalu sama.

Sudah lebih dari satu bulan, proyek pembangunan LRT telah dimulai. Pemerintah lebih memilih mengerjakan proyek ini karena nantinya akan menjadi pilihan transportasi masal perkotaan sehari-hari yang bisa mengurai kemacetan Ibu Kota dan sekitarnya. Proyek ini ditragetkan selesai pada awal 2018.

Jika dilihat sekilas, LRT memang tidak jauh berbeda dengan krl dan MRT. LRT sendiri merupakan moda transportasi berbasis rel. Ketiganya sama-sama digerakan oleh aliran listrik.




Dikutip dari Kompas.com, Ahok mengatakan jenis rel yang akan digunakan oleh LRT adalah rel berukuran 1067 milimeter. Ukuran ini sama dengan yang saat ini digunakan oleh KRL dan nantinya juga akan oleh MRT.

Meski memiliki kesamaan, ketiganya juga mempunyai perbedaan.

Salah satunya dalam jumlah mengangkut penumpang. Kapasitas LRT dinilai lebih kecil dari MRT ataupun KRL. Setiap rangkaian kereta hanya bisa mengangkut maksimal 628 orang penumpang karena dalam satu rangkaian LRT terdiri atas maksimal tiga kereta. 

Lainnya, MRT terdiri dari maksimal enam kereta dan dapat mengangkut sekitar 1.950 penumpang. Untuk daya angkut KRL sendiri yang setiap rangkaian keretanya (terdiri dari 8 hingga 10 kereta) sanggup mengangkut 2.000 penumpang.


Hal yang membedakan lainnya, yakni mengenai perlintasan. Untuk LRT akan ada enam koridor LRT yang ditargetkan. Rute tersebut adalah Cibubur-Cawang,  Bekasi Timur-Cawang, Cawang-Dukuh Atas, Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan  Palmerah-Grogol. Semua perlintasan itu direncanakan dibangun dengan jalur layang.

Lain lagi dengan  perlintasan MRT yang dibangun dalam dua jenis, yakni layang dan bawah tanah. Proyek pembangunan tahap satu MRT di Jakarta akan menyelesaikan rute Lebak Bulus-Sisingamangaraja-Bundaran HI. Perlintasan Lebak Bulus-Sisingamangaraja merupakan jalur layang, sedangkan Sisingamangaraja-Bundaran HI merupakan jalur bawah tanah.

Jalur layang maupun jalur bawah tanah ini tidak akan bersinggungan dengan jalan raya (perlintasan sebidang).  Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Muhammad Nasyir pernah mengatakan, jenis perlintasan berpengaruh besar terhadap jarak kedatangan antarrangkaian kereta di stasiun. Jika tidak ada perlintasan sebidang akan membuat kedatangan rangkaian kereta bisa dilakukan sesering mungkin.

"Karena tidak ada perlintasan sebidang, pelayanannya jadi lebih cepat. Nantinya kereta akan tiba di stasiun per 5 menit," kata Nasyir.

Berbeda dengan KRL yang mempunyai jarak antarkereta lebih lama karena hampir semua rute KRL merupakan jalur di atas tanah. Akibatnya banyak perlitasan sebidang.  Satu-satunya jalur KRL yang tidak memiliki perlintasan sebidang adalah jalur antara Manggarai-Jakarta Kota. Jalur ini merupakan jalur layang.