Ini Asal-Usul dan Makna dari Lomba 17-an

Friday, August 28, 2015

Ini Asal-Usul dan Makna dari Lomba 17-an




“Tujuh belas Agustus tahun ’45, inilah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka ....!!”

Bulan Agustus menjadi bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Berbagai kegiatan digelar untuk menyemarakkannya. Kurang lengkap rasanya jika momen 17an tanpa diisi dengan kegiatan lomba. Mulai dari tingkat RT hingga tingkat nasional. Namun, tahukah Anda dari mana tradisi lomba Agustusan berasal? Lalu apa makna dari perlombaan itu?

Sorak penonton menyemangati para peserta lomba, menjadi ‘pemanis’ disetiap perlombaan. Lomba balap karung, panjat pinang, juga makan kerupuk seakan menjadi tradisi setiap momen kemerdekaan.
Sejarahwan Bekasi, Ali Anwar, mengungkap acara 17-an dimulai sejak 1950-an, ketika bangsa Indonesia benar-benar merdeka dan bangsa Belanda sudah benar-benar kembali ke negaranya. Masyarakat saat itu memeriahkan kemerdekaan dengan acara yang mengandung makna yang menggembirakan, seperti pawai kolosal dan perlombaan di setiap kota kabupaten dan provinsi.
Dalam rangkaian acara 17-an itu juga ditampilkan teatrikal yang menggambarkan kehebatan pejuang Republik Indonesia. “Meski hanya dengan bambu runcing, namun pejuang Indonesia bisa mengalahkan penjajah Belanda yang menggunakan senjata api lengkap dan tank baja,” katanya.

Setiap perlombaan tidak hanya sekadar kemeriahan untuk mencari pemenang, tetapi juga memiliki arti yang dalam. Ali menjelaskan lomba balap karung diadakan untuk mengenang masa-masa menderita saat dijajah Jepang. “Saking menderitanya, sampai-sampai banyak rakyat kecil yang mengenakan pakaian terbuat dari karung goni dan lembaran karet,” ungkapnya.

Lomba engrang sendiri diadakan untuk mengenang bangsa Belanda yang tinggi jangkung, dan rakyat Indonesia juga bisa jangkung tapi pakai egrang. Lomba tarik tambang sebagai semangat gotong-royong. Ada juga lomba makan kerupuk untuk menghibur semua pihak, bahwa untuk mendapatkan yang diinginkan harus dengan perjuangan. 

Lalu, Lomba panjat pinang merupakan tradisi orang Belanda di Indonesia yang menghibur dirinya dengan menyaksikan pribumi yang bersusah payah mengambil berbagai barang di puncak pohon pinang, namun dilumuri minyak oli. Namun, tradisi itu masih berlangsung hingga saat ini. Bedanya, saat ini antara donatur dengan rakyat sama-sama senang, tanpa ada unsur melecehkan.

 Ali Anwar sendiri mengaku pernah suka dengan lomba makan kerupuk. “Selain bisa makan, juga dapat hadiah. Sedangkan lomba yang mengasah ilmu, dengan cara mengikuti lomba penulisan,” ungkapnya.

Ali juga berharap kemerdekaan Indonesia bisa kembali ke khitbahnya sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. Bahwa sesunggunya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. “Agar tidak dijajah lagi oleh bangsa asing atau bangsa sendiri, maka anak-anak Indonesia harus berpendidikan, menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya, memupuk semangat nasionalisme dan patriotisme sejak dini,” tuturnya.



Artikel ini sudah diterbitkan di BekasiUrbanCity

0 Komentar :

Post a Comment